Senin, 12 September 2022

365 hari

Tepat satu tahun perasaan itu tumbuh.

Banyak cerita di setiap tawa dan air mata yang tercipta. Memulai perjalanan adalah sesuatu hal yang menakutkan. Tanpa disadari rasa cinta mampu menaklukan semua ketakutan itu. Kesetiaan adalah harga mati yang harus di pertanggung jawabkan. Dan cinta menjadi penguat di setiap rintangan.


Tak pernah berpikir bahwa langkah kaki kita akan sejauh ini. Menapaki setiap jalan yang tidak selalu mulus. Kadang kala kita hampir berada di ujung jurang, seolah kita akan sama-sama mati dan saling menyakiti di detik berikutnya. Namun, lagi-lagi cinta yang mampu menyelamatkan.


Tak terkira bahagianya, mampu bejalan beriringan menyusuri setiap garis takdir yang telah di tetapkan dengan seseorang yang kini menjadi rumah tempat rindu berpulang.


Ribuan do’a saling beradu mesra mengetuk pintu langit. Saling meminta untuk petualangan indah ini berjalan hingga kita saling menua dan pelupa nanti.


Genggaman tangan yang pernah kuragukan itu, kini kuyakini dia yang akan menjagaku dengan sepenuh hati.


Tatapan mata yang tak pernah membuatku yakin bahwa ketulusan itu benar adanya, kini kuyakini dia yang paling hebat dalam hal memerjuangkan.


Cinta yang seolah kuanggap biasa, kini kuyakini benar dan nyata adanya.


Untuk seseorang yang berhasil membuatku jatuh cinta sampai detik ini.

Sampai bertemu di tahun-tahun berikutnya dengan perasaan cinta yang tidak akan pernah berubah.


Terima kasih telah memilih menetap untuk menjadi pelengkap.

Aku mencintaimu.

Kini,

Dan selamanya.

Kamis, 26 Maret 2020

Episode Rasa


Menyenangkan sekali rasanya ketika mengetahui seseorang yang diam-diam kita cintai tengah memendam perasaan yang sama. Bahagia tak terkira ketika segala rasa bermuara di pangkuan mampu memiliki pada akhirnya.

Aku masih ingat, malam itu menjadi malam paling istimewa selepas penantian panjang yang pernah kulakukan, hanya untuk menunggunya datang.

Dia mengutarakan semua isi hatinya, dia ingin memulai semuanya. Detak jantungku berdebar tak menentu, bahagiaku memuncak ketika membaca pesan singkat bertuliskan “aku ingin menjadi yang paling beruntung karena mampu memilikimu”. Berulang kali aku membaca pesan itu sebelum aku membalasnya, mencoba mencerna pesan singkat yang sebenarnya sudah kutahu maksud dan tujuannya.

Aku berusaha menenangkan debar di dada, debar bahagia yang belum pernah kurasa sebelumnya. Ini masih seperti mimpi, orang yang kucintai selama ini, adalah seseorang yang mencintaiku juga. Kadang Semesta seluar biasa ini menempatkan rasa.

Jemari ingin segera membalas dengan kalimat mengiyakan, namun hati berkata tunggu dulu kerena memulai sebuah hubungan harus butuh pemikiran yang panjang.

Aku membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, untuk sekedar memberi jawaban bahwa aku juga siap menjadi yang paling beruntung karena bisa memilikinya, tanpa merasa cemas takut kehilangan.

Pesan itu melesat cepat pada nomor ponselnya. Hanya selang beberapa menit, satu notifikasi bertuliskan namanya muncul di layar ponsel.

“Terima kasih telah mewujudkan keinginan terbesarku, memilikimu.”

         Kalimat ajaib yang mampu membuatku tersenyum tanpa henti ketika membacanya. Malam ini rasanya kebahagiaan hanya milikku seorang. Pesan itu kubiarkan tanpa balasan, kemudian aku memutuskan untuk tidur dengan perasaan paling membahagiakan.

Jumat, 20 September 2019

Layaknya mencintai bayangan sendiri

Sedari awal sudah kukatakan pada diriku sendiri, bahwa ini akan berjalan cukup sulit. Bagaimana mungkin ketika hati memutuskan untuk mencintai seorang diri, juga tanpa berharap balasan. Tidak akan merasakan sepi. Aku sendiri pun salah, merasa yakin bahwa hanya mencintaimu pun aku bisa. Nyatanya ada banyak rindu yang berharap balasan, ada dingin dan sepi yang berharap sebuah pelukkan. Jauh lebih membuat sesak saat memutuskan untuk mencintai diam-diam seseorang yang sosoknya pun tak pernah kujumpai pada dunia nyata.

Hati di jatuhi perasaan pada seseorang yang hanya kuketahui dari selembar kertas foto saja. Namun aku mencintainya pada segala yang kutahu tentangnya. Kupikir ini akan berjalan dan mengalir layaknya air, sebab hati di tuntut untuk ditak mengharapkan balasan. Sayangnya kepercayaanku pada diri sendiri tak membuahkan hasil yang maksimal. Aku kelelahan di tengah jalan. 

Aku merindukan seseorang yang tidak pernah ada di hidupku, aku mencintai seseorang yang keberadaannya pun aku tak tahu. Nyatanya ini lebih menyiksa dari jatuh cinta yang tanpa balasan pada seseorang yang mampu kupandang dengan mata kepalaku sendiri.

Mencintaimu seperti mencintai bayanganku sendiri, kau ada tapi tak bisa kusentuh dengan jari.

Senin, 01 Juli 2019

Kau adalah manusia yang hidup di tubuh do'aku.

                                                     Kau adalah manusia yang hidup di tubuh do'aku

                                                                      Dhewini Hidayat, Juli 2019.

Aku selalu senang ketika bercerita tentangmu pada Tuhan. Sering kali tersenyum tanpa alasan ketika aku hanya berani bertanya kabarmu pada-Nya. Menitip rindu seenaknya kepada malaikat-malaikat yang selalu menjagamu dari kejauhan. Semenjak di beri kesempatan oleh Tuhan untuk mengenalmu, aku menjadi semakin yakin bahwa memercayai seutuhnya segala takdir yang telah Tuhan tentukan jauh lebih menyenangkan, daripada berharap pada yang terlihat indah hanya dari luarnya saja.

Kau tahu, debar pertama yang kurasa tak biasa adalah saat kali pertama aku memberanikan diri untuk mendiskusikan namamu di heningnya malam kala itu. Mungkin saat itu Tuhan tersenyum mendengar segala doa yang kupinta dengan menyertakan namamu. Meski setelahnya hati kecilku bertanya; apakah ini tidak terlalu cepat atau mungkin ini terlalu berlebihan? 

Ketika aku menitipkan segala harap yang ada di dada. Pada Tuhan pemilik hati setiap hamba-Nya. Sebenarnya aku sedikit ketakutan, takut mendahului apa yang telah Tuhan gariskan. Namun satu yang kupercaya bahwa tidak pernah ada do'a yang salah pun Tuhan selalu senang ketika mendengar seorang hamba berdoa pada-Nya. 

Seandainya suatu hari nanti, banyak kebaikan yang menghampiri kita. Aku hanya ingin Tuhan yang menilai langsung bahwa kita memang layak untuk menua bersama. Tak apa meski kini kita tak pernah saling bertatap muka, asalkan kita tetap satu doa. Dan kita tak perlu banyak bersuara, yang terpenting tujuan kita sama. 

Kau adalah manusia yang hidup dalam tubuh doaku, terselip di setiap aamiinku. Kau adalah segala sesuatu yang tidak pernah mengenal kata tidak atau pun alfa untuk selalu kulibatkan dalam segala harap dan juga ingin yang ada.


Rabu, 19 Juni 2019

Siapa Dia?

Apakah hanya aku yang berhasil di jatuhi perasaan oleh Tuhan hanya karena melihat wajah seseorang melalui postingan Instagramnya?
Apa hanya aku yang langsung tertarik ingin mengenalnya lebih dekat hanya karena dia berkuliah di jurusan psikolog. Hari itu tanpa malu aku bercerita pada Tuhan bahwa aku ingin mengenal seseorang itu.

Kisah denganya berawal dari dia menjadi viewers instastory yang saya bagikan pada 2 bulan yang lalu. Ketika saya berbagi cerita pada akun Instagram saya, saya selalu melihat siapa saja yang menjadi penontonnya. Karena beberapa bulan terakhir ini saya senang menunggu seseorang untuk melihat apapun yang saya bagikan. Dan hari itu, saya tidak menemukan seseorang yang memang selalu saya tunggu tersebut. Ketika seseorang yang saya harapkan tak terlihat di sana, satu nama yang asing berhasil mencuri perhatian saya. Seingat saya, nama itu baru muncul untuk kali pertamanya. entah dia melihat cerita saya hanya karena kebetulan atau memang dia mengetahui tentang saya, sampai saat ini saya masih bertanya-tanya tentang hal itu. namun saya lebih senang membiarkannya dari pada saya harus mencari-cari jawabannya. sebab bagi saya, tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban. ada kalanya kita harus percaya bahwa semua yang terjadi, telah menjadi garis takdir yang di atur sedemikian baiknya oleh Sang Maha Pengatur.

Terlepas dari pertanyaan dari mana dia mengetahui akun Instagram milik saya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung mencoba untuk melihat linimasa miliknya. Dan yang saya temukan di sana adalah senyum manis pada beberapa postingan yang dia bagikan yang membuat jantung saya tiba-tiba berdebar begitu saja. Dan pertanyaan kembali muncul dalam benak saya, tentang siapa dia? laki-laki dengan postur tubuh 

Sabtu, 01 Juni 2019

Apa yang membekas? Dia yang kulepas.

 Apa yang membekas? Dia yang kulepas.

Dhewini Hidayat, Juni 2019

Ada yang hilang, kau yang tak lagi pulang pada pelukkan. Ada yang membekas, kau yang rela kulepas. Meski sepi menyelimuti hati tapi kuyakin ada bahagia yang telah menanti. Meski benci menjadi sendiri, tapi kuyakin ada sosok yang kan menjadi pengganti.

Tidak denganmu lagi, bukan berarti hidup harus berhenti sampai di sini, ada bahagia yang telah menanti ada tawa lepas yang sudah kunanti-nanti. Hari demi hari kita mulai berbeda tujuan, kamu dengan tujuanmu aku dengan tujuan yang bukan lagi dirimu.

Melepas tapi membekas itu yang terlalu sulit untuk kuhindari, bagiku berdamai dengan hati dan mengaku kalah pada keadaan bukanlah suatu hal yang mudah. Namun, jika Tuhan menjanjikan bahagia setelahnya aku akan mengusahakannya. Selama apapun prosesnya dan sesulit apapun rintangannya.

Meski bagiku rintangan yang paling sulit adalah berdamai dengan diriku sendiri, aku tak perduli. Aku akan tetap mencoba meyakinkan hati. Bahwa ini adalah pilihan yang tepat untuk menuju bahagia yang tentunya bukan untuk sesaat.


Di temukan dan menemukan seseorang setelah hati di patahkan oleh orang yang begitu kucintai, adalah hal yang pasti akan kualami. Aku akan berada pada fase tersebut suatu hari nanti. Sebelum hari itu tiba, aku ingin menyelesaikan terlebih dahulu hatiku dengan segudang kisah masa laluku. Karena aku tak ingin, jika di depan nanti ada secuil ingatan tentang dirimu yang merusak suasana hati, yang merusak lagi pertahanan diri. Yang telah kubangun seorang diri, hanya untuk merasakan bahagia kembali.

Rabu, 06 Maret 2019

W A J A H B A R U

Dhewini Hidayat, Maret 2019.


Tanpa sengaja aku menemukan nama baru yang muncul pada instastory milikku beberapa bulan yang lalu. Kemudian rasa penasaran terus mendorongku untuk sekedar mencari tahu siapa dirimu. Selang beberapa menit rasa itu memaksaku untuk membuka linimasa milikmu. Dan di sana tidak terlihat notifikasi kau mengikutiku. Aku kembali mengacuhkan profilmu, pikirku kau hanya sekedar mampir.
Beberapa hari berlalu, ada perasaan yang berbeda saat namamu kembali muncul, lagi-lagi pada instastory yang kubagikan. Kembali mengulang membuka profil instagrammu. Kali ini aku memutuskan untuk mengikutimu. 
Kemudian, antara percaya dan tidak. Kau kembali mengikutiku. Entah mengapa saat itu aku merasa senang. Akhirnya kita saling menjadi pengikut satu sama lain. Meski sangat tak mungkin untuk kita saling berinteraksi. Karena kita hanya sekedar dua orang yang asing.
Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Dan seiring berjalannya waktu, kini potretmu menjadi lebih sering muncul pada kiriman di berandaku. Semakin hari aku semakin terobsesi untuk bisa mengenalmu lebih dekat. Entah mengapa ada sesuatu yang memicuku untuk terus mencari tahu banyak hal tentang dirimu. Kehidupanmu yang jauh di sana rasanya begitu menggodaku untuk masuk kedalamnya, meski aku belum mengetahui tentang bagaimana baik dan buruknya dirimu. Terlalu terobsesi adalah bagian yang paling tak kusukai dari diriku sendiri. Begitu mudahnya aku tergoda oleh seseorang yang baru saja kutemui. 
Ada sesuatu yang lebih menyebalkan dari sekedar ingin mengenalmu, tanpa sadar beberapa hari setelahnya aku malah berpuisi untukmu. Sesuatu yang tak pernah kulakukan untuk orang baru, apa lagi untuk sekedar teman dunia maya. Kemudian beralih menulis judul file yang berisi beberapa puisi dengan namamu, agar aku tak lupa bila nanti mencari namamu, lalu menceritakan tentangmu kepada sahabatku sesuai yang aku lihat pada dunia mayamu. Aku rasa, aku melesat terlalu cepat, jujur  ini semua membahagiakan tapi membuatku tak tenang. 
Lalu aku menarik kesimpulan bahwa aku tertarik padamu. Kemudian aku membuat perjanjian dengan diriku sendiri, bahwa cukup hanya mengagumimu saja. Tidak untuk berharap apalagi menaruh perasaan yang banyak. 
Aku harus tahu diri, bahwa dengannya kita layaknya langit dan bumi.
Setelah rasa kagum ini tumbuh, aku menitipkan semua rasaku pada Tuhan. Semoga Tuhan tetap menempatkanku pada perasaan yang seperti ini saja, kekaguman yang tak usah berlebih.

365 hari

Tepat satu tahun perasaan itu tumbuh. Banyak cerita di setiap tawa dan air mata yang tercipta. Memulai perjalanan adalah sesuatu hal yang me...